Mari Berbagi Dengan Trigon

Mari Berbagi Dengan Trigon
Mari Berbagi Dengan Trigon

Kamis, 26 Januari 2012

SIASAT ANGGREK CORYANTHES

Apakah mungkin sekuntum bunga bisa menyadari kecenderungan seekor serangga? Apakah mungkin bunga membuat rencana agar serangga jatuh ke dalam perangkapnya serta mengubah dirinya agar cocok dengan tujuan ini? Tidak dapat diragukan lagi, tidak mungkin bunga atau serangga menjalankan taktik atau siasat sedemikian hanya berdasarkan keinginan dan akalnya sendiri. Namun demikian, bila kita mengamati makhluk-makhluk di alam ini, kita tahu bahwa mereka sering menerapkan jenis-jenis taktik semacam itu.
Anggrek Coryanthes adalah salah satu tumbuhan yang mampu menjebak serangga agar jatuh ke dalam perangkapnya dengan menggunakan taktik yang menarik. Sistem reproduksi anggrek ini didasarkan pada memikat serangga dan memanfaatkannya untuk membawa serbuk sarinya. Bunga-bunga anggrek jenis ini tumbuh berkelompok. Setiap bunga memiliki dua helai kelopak yang mirip sayap dan tepat di belakang kedua helai ini terdapat sebuah “ember” kecil. Bila bunga membuka, cairan khusus yang dikeluarkan oleh dua kelenjar khusus mulai menetes ke dalam ember tersebut. Tak lama kemudian bunga pun mulai memancarkan wangi-wangian yang sangat menarik bagi lebah.
Sejalan dengan mekarnya anggrek, lebah jantan bereaksi terhadap aroma wangi tersebut dan mulai terbang di sekitar bunga. Sewaktu lebah mencoba hinggap di sisi tegak pada anggrek, lebah juga mencari tempat untuk bergantung dengan kakinya, seperti bagian berbentuk tabung dari bunga yang menghubungkan ember dengan batangnya. Bagian ini licin dan miring. Karena itu, lebah yang merangkak pada bunga pasti akan terjatuh ke dalam ember yang terisi cairan di dasar bunga.
Hanya ada satu jalan keluar bagi lebah yang telah terjatuh ke dalam bunga. Sebuah lorong sempit yang menuju ke dinding bunga bagian depan, yaitu, yang menuju cahaya matahari di luar. Selama serangga mencari-cari jalan keluar ini, yang berada pada ketinggian yang sama dengan tinggi cairan yang dimasukinya, lebah tetap berenang di cairan. Saat mencoba menemukan jalan keluar, lebah melewati bagian bawah stigma, yang mengandung serbuk sari, dan organ jantan bunga. Pada saat itu, dua kantung serbuk sari tertempel di bagian belakang serangga. Lalu serangga bergegas menuju jalan keluar dan akhirnya meninggalkan bunga. Saat lebah menghampiri bunga yang lain, kali ini yang terjadi adalah stigma bunga itu menarik serbuk sari dari serangga, dan dengan cara ini, penyerbukan pun dimulai.5
Namun, situasi ini tidak cuma membawa manfaat bagi bunga saja. Cairan yang ada dalam ember bunga tempat jatuhnya lebah juga sangat penting bagi lebah, karena lebah jantan akan menggunakan keharuman cairan yang melumuri tubuhnya itu untuk menarik lebah betina selama perkawinan.
Seperti yang telah kami sebutkan di depan, sama sekali tidak mungkin bunga mengembangkan siasat untuk memperdaya seekor serangga dan merancang strukturnya agar sesuai dengan taktik ini. Begitu pula halnya, tentulah tidak mungkin seekor serangga mengembangkan taktik untuk memperoleh zat yang diperlukannya dari sekuntum bunga dengan hanya mengandalkan kemauannya sendiri. Kerjasama yang mengagumkan antara dua makhluk ini adalah bukti nyata akan fakta bahwa keduanya diciptakan oleh Pencipta yang tiada duanya.

PENGHUNI LAUT YANG BERCAHAYA


Banyak makhluk bawah laut memiliki sistem untuk menghasilkan cahaya, seperti kunang-kunang. Umumnya, mereka menggunakan kemampuan ini untuk mengelabui atau menakuti musuh-musuh mereka. Ubur-ubur jengger (Ctenophore) adalah makhluk lembut yang mirip dengan ubur-ubur dan anemon laut. Mereka umumnya memakan tanaman mikroskopis dan hewan-hewan laut kecil. Sebagian menangkap mangsa mereka menggunakan tentakel (organ menyerupai belalai) yang lengket dan dapat bergerak di air seperti tali alat memancing. Varietas lainnya memiliki mulut yang sangat lebar dan dapat menelan berbagai makhluk, termasuk ubur-ubur jengger lain. Ubur-ubur jengger memiliki rambut-rambut kecil di tubuh mereka yang digunakan untuk bergerak maju di dalam air. Selain itu, hampir semua ubur-ubur jengger memiliki sel penghasil cahaya khusus di sepanjang punggung tubuh mereka yang berlipit. Beberapa spesies masing-masing memiliki ciri tersendiri yang menarik. Misalnya, ubur-ubur jengger yang berwarna merah bisa bersinar bila disentuh. Pada saat yang sama ubur-ubur ini mengalirkan partikel-partikel bercahaya ke dalam air sebagai cara perlindungan untuk mengusir musuh-musuhnya.12
Makhluk-makhluk seperti bintang laut, landak laut (bulu babi), dan bintang ular (featherstar) disebut “echinodermis.” Sebagian besar permukaan kulitnya ditutupi dengan duri besar tajam yang dapat mereka gunakan untuk pertahanan diri. Mereka hidup pada pantai laut di antara batu karang dan di dasar laut. Makhluk-makhluk ini menghasilkan cahaya sendiri untuk melindungi diri dari musuh-musuh mereka. Mereka bisa memiliki lengan-lengan atau duri bercahaya atau sanggup memancarkan awan cahaya ke dalam air saat diserang oleh pemangsa.
Kita dapat menyebutkan satu spesies bintang laut sebagai contoh lain dari makhluk yang menghasilkan cahaya untuk pertahanan diri. Bintang laut ini tinggal 1000 meter (3280 ft) di bawah permukaan laut. Ujung lengannya bersinar dengan cahaya yang berwarna biru kehijauan. Dengan peringatan bercahaya ini, dia memberi tahu pemangsa yang mungkin mengincarnya, bahwa rasanya tidak enak. Bintang-rapuh (brittlestar), hewan laut bercahaya lainnya, bersinar cerah saat diserang dan dapat membuang ujung salah satu lengannya untuk mengusir pemangsa. Ini merupakan taktik pertahanan yang penting. Karena ujung lengan terus bersinar, hal itu menarik perhatian pemangsa, sehingga memberikan kesempatan bagi brittlestar untuk kabur.13
Seperti terlihat di atas, mekanisme untuk menghasilkan cahaya pada makhluk-makhluk juga merupakan contoh dari kecemerlangan dalam ciptaan Allah. Allah adalah Pencipta dari asal mula, yang tidak ada bandingannya.

MAKHLUK BAWAH LAUT YANG MENARIK: NUDIBRANCH



Nudibranch, sejenis siput laut yang tak punya cangkang, memiliki rancangan yang sangat menarik dan warna-warni yang cerah dan mengagumkan. Tubuh mereka agak lembut. Walaupun mereka tidak memiliki cangkang untuk melindungi diri sendiri, dan banyak makhluk lain yang terpikat karena penampilan mereka yang menarik, hanya sedikit yang memangsa nudibranch. Ini karena warnanya yang mencolok menjadi peringatan bagi pemangsa bahwa mereka sangat beracun.
Salah satu karakteristik siput laut ini adalah adanya “sel penyengat.” Dengan bantuan “sel penyengat” ini, nudibranch dengan mudah melindungi diri dari musuh-musuh mereka. Yang lebih menarik lagi adalah mereka tidak menghasilkan sel-sel ini sendiri. Nudibranch memangsa makhluk yang disebut hyroid, yang memiliki sel penyengat. Nudibranch dapat memakan tentakel makhluk ini tanpa memicu sel penyengat itu berkat lendir khusus yang terdapat di dalam sistem pencernaannya. Mereka menyimpan senjata ini di dalam tonjolan yang berjumbai-jumbai dari tubuh mereka. Bila diganggu, sel ini ditembakkan, sehingga menyengat hewan yang akan memangsa.16
Tak diragukan lagi, tidak mungkin nudibranch mengetahui bahwa hyroid ini beracun tetapi tidak akan membahayakan mereka, dan bahkan, sebaliknya, akan melengkapi mereka dengan suatu alat pertahanan terhadap musuh. Juga tidak mungkin bagi mereka untuk tahu dan mempelajari hal sedemikian berdasarkan pengalaman. Jadi, bagaimana nudibranch bisa menemukan cara pertahanan diri yang memesona ini?
Di sini, sekali lagi tampak di hadapan kita kebenaran yang terungkap secara terbuka di alam semesta. Yang Maha Tunggal yang mengilhami nudibranch untuk menarik perhatian baik dengan keanekaragaman warna maupun coraknya, dan juga melengkapi mereka dengan cara menghasilkan racun, serta menciptakan sistem di tubuh mereka agar racun hyroid tidak membahayakan mereka, adalah Allah, Tuhan dari seluruh alam. Allah menciptakan semua makhluk dengan karakteristik yang sangat berbeda-beda dan dalam aneka warna. Apa yang hendaknya dilakukan seseorang yang menyaksikan kekuasaan Allah yang tidak terhingga di dalam contoh-contoh seperti ini adalah mengagungkan Allah dan mengamalkan akhlak yang baik semata-mata karena Allah. Allah menyampaikan hal ini kepada kita di dalam ayat-ayatNya sebagai berikut:

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Faathir, 35: 28)

KEINDAHAN KUPU-KUPU

Lihatlah sayap kupu-kupu pada gambar di sebelah kanan seolah-olah Anda melihatnya untuk pertama kali. Tentu saja Anda akan diliputi rasa kagum melihat penampilan yang sedemikian indahnya, simetri yang tanpa cacat sedikit pun, serta corak dan warna yang memesona. Sekarang bayangkan tentang sehelai kain. Anggaplah bahwa kain itu merupakan kain yang indah bermutu tinggi yang ditenun berdasarkan ilham dari corak kupu-kupu ini. Apa yang akan Anda pikirkan jika Anda melihat sehelai kain seperti ini di jendela sebuah toko? Mungkin, dalam benak Anda muncul bayangan seorang seniman, yang telah menggambar corak kain ini dan mengambil ilham dari sayap kupu-kupu saat menggambarnya, lalu Anda menghargai cita rasa seninya. Dalam keadaan ini, Anda seharusnya juga menyadari kenyataan ini: cita rasa seni yang Anda kagumi bukanlah milik orang yang menggambar corak kain, yang mengambil kupu-kupu sebagai contoh, tetapi adalah milik Allah, Yang memberi ide dari corak dan warna sayap kupu-kupu. Sayap kupu-kupu yang berwarna-warni dengan beragam corak yang sangat indah merupakan pengejewantahan cita rasa seni Allah yang menakjubkan dalam warna. Seperti halnya corak pada secarik kain yang tidak terjadi dengan begitu saja, simetri warna dan corak pada sayap kupu-kupu yang begitu sempurna tidak mungkin terjadi secara kebetulan pula.
Selain itu, sayap yang hebat ini bukan satu-satunya keistimewaan kupu-kupu yang menarik perhatian. Rancangan tubuh kupu-kupu juga sempurna dalam berbagai segi. Kupu-kupu mengambil makanan dengan mengisap cairan bunga. Kebanyakan kupu-kupu memiliki alat tubuh yang panjang yang disebut proboscis atau belalai, yang digunakan untuk mencapai cairan yang berada di kedalaman tertentu. Proboscis adalah lidah panjang yang digunakan untuk meminum air atau untuk mengisap cairan dari bunga. Kupu-kupu menggulung lidah panjang ini saat tidak digunakan. Panjang lidah ini saat tidak digulung bisa tiga kali panjang tubuh kupu-kupu.
Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mempunyai kerangka yang melapisi permukaan luar tubuh mereka. Kerangka luar atau eksoskeleton ini terdiri dari piringan keras yang dihubungkan dengan jaringan lembut, yang mirip dengan baju zirah. Bahan yang keras ini disebut “chitin.” Pembentukan lapisan terjadi melalui proses yang sangat menarik. Seperti yang sudah umum diketahui, ulat bulu menempuh proses yang agak rumit yang disebut metamorfosa. Ulat bulu mula-mula menjadi pupa dan kemudian berubah menjadi kupu-kupu. Melalui proses metamorfosa ini, terjadi perubahan tipis pada sayap, antena, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Begitu pula, sel-sel di sejumlah wilayah kunci, misalnya otot-otot dan sayap untuk terbang, tersusun kembali melalui setiap tahap metamorfosa. Selanjutnya, bersamaan dengan perubahan ini, hampir semua sistem pada tubuh—sistem pencernaan, sistem pembuangan, sistem pernafasan, dll—menjalani perubahan besar-besaran.26
Keanekaragaman rancangan dalam kupu-kupu, seperti juga sayap mereka, adalah milik Allah, Yang Mahakuasa. Allah adalah Yang menganugerahi sifat-sifat kepada setiap makhluk sesuai dengan kebutuhannya.

KEHIDUPAN DI GURUN


 Panas menyengat di siang hari, dingin membeku di malam hari, kemarau selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan berturut-turut, kelangkaan makanan… Semua ini adalah bagian dari lingkungan gurun. Sangat sulit bertahan hidup dalam kondisi yang sedemikian keras. Namun, di balik semua kesulitan ini, berbagai jenis makhluk bisa bertahan hidup dan bahkan berkembang pesat di gurun. Bila kita amati, akan tampak bahwa semua struktur tubuh dan gerakan makhluk-makhluk ini telah diciptakan dengan karakteristik yang sesuai untuk kehidupan di sana. Allah menciptakan ciri khas tertentu untuk melindungi makhluk-makhluk ini dari panas. Bila kita memperhatikan lebih dekat sebagian contoh ciri-ciri ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa kelengkapan makhluk-makhluk ini tidak mungkin ada dengan begitu saja, melainkan diciptakan oleh Sang Pencipta yang memiliki kekuatan yang sangat hebat.
Ular berbisa gurun (Cerastes Vipera) hidup di bawah pasir. Ular berbisa ini masuk ke dalam pasir dengan menggeliat bergoyang-goyang menyamping. Ular ini menggerakkan ekornya dari kiri ke kanan dengan sangat cepat. Gerakan ini lalu meliputi seluruh tubuhnya dalam tiga pelintir. Akhirnya sekujur tubuh ular terkubur sepenuhnya, kecuali satu atau kedua matanya saja. Dengan cara ini, ular berbaring sambil menunggu, memburu mangsanya. Tetapi strategi seperti ini dapat menimbulkan risiko bagi mata ular, karena mata ini tetap berada di luar, di tempat yang dapat didera oleh badai pasir secara tiba-tiba. Namun, karena mata ular dirancang khusus, risiko tersebut terhapus seluruhnya. Mata ular berbisa ini terlindung dari gangguan pasir karena memiliki “kaca mata” luar yang terbuat dari sisik yang tembus pandang.38
Penghuni gurun yang lain, yaitu serigala gurun bewarna krem, jenis serigala terkecil, memiliki telinga yang sangat besar. Serigala ini hidup di gurun berpasir di Afrika dan Arab. Telinganya yang lebar tidak hanya membantu menentukan tempat mangsanya berada, tetapi juga berfungsi untuk mencegah panas berlebihan dan membuat hewan ini tetap sejuk.39
Kadal bermoncong-sekop, yang tinggal di gurun, bergerak seperti menari di pasir untuk mendinginkan ekor dan kakinya. Kemudian, dengan bertumpu pada ekornya, kadal ini bergantian mengangkat satu kaki belakang dan satu kaki depan. Setelah beberapa detik, kakinya berganti posisi. Kadal ini seolah berenang di bukit pasir dengan dukungan bentuk tubuh dan hidungnya yang aerodinamis, dan telapak kakinya yang besar memungkinkan kadal berlari di pasir dengan sangat cepat.40
Katak gurun, yang hidup di Australia, mirip dengan tangki air. Saat hujan, katak ini mengisi kantung-kantung di tubuhnya dengan air. Kemudian dia menguburkan dirinya sendiri di bawah pasir dan mulai menunggu sampai hujan yang berikutnya turun. Bila merasa haus, hewan gurun lainnya mencari katak ini dan meminum airnya, dengan cara mengeluarkan katak ini dari pasir.41

KEHIDUPAN BERMASYARAKAT LUMBA-LUMBA


Lumba-lumba hidup dalam suatu kelompok yang sangat besar. Untuk perlindungan, lumba-lumba betina dan bayi-bayinya ditempatkan di tengah kelompok. Ikan yang sakit tidak ditinggalkan sendiri, melainkan tetap diurus oleh kelompok tersebut hingga mati. Ikatan yang saling berketergantungan ini terbentuk sejak hari pertama bayi lumba-lumba bergabung dalam kelompoknya.
Bayi lumba-lumba dilahirkan dengan mengeluarkan ekornya terlebih dahulu. Dengan cara ini sang bayi tetap mendapat pasokan oksigen selama persalinan. Ketika pada akhirnya kepalanya keluar, lumba-lumba yang baru lahir tersebut menuju permukaan untuk menghirup udara pertamanya. Pada umumnya, selama persalinan, betina lain menemani induk yang melahirkan itu.
Induk lumba-lumba mulai merawat bayinya segera setelah lahir. Bayi lumba-lumba, yang bibirnya belum mampu menghisap, mendapatkan susu melalui dua tempat yang keluar dari sebuah celah pada permukaan perut sang induk. Ketika ia membuka dengan perlahan bagian ini, susu itu pun keluar. Bayi lumba-lumba meminum lusinan liter susu setiap hari. Sejumlah 50% dari susu tersebut mengandung lemak (bandingkan dengan 15 % lemak pada susu ternak), yang dengan cepat bekerja membangun lapisan kulit yang dibutuhkan untuk mengatur suhu tubuh. Betina lainnya juga membantu sang bayi sewaktu menyelam dengan cepat, dengan mendorong mereka ke bawah. Bayi lumba-lumba yang baru lahir juga diajarkan mengenai berburu dan menggunakan sonar penentuan tempat dengan gema yang dimilikinya, sebuah proses pendidikan yang berlangsung selama bertahun-tahun. Ada kalanya, lumba-lumba muda tidak akan meninggalkan suatu anggota keluarga hingga 30 tahun.

 

Sistem Pencegahan Kejang

Lumba-lumba mampu menyelam ke kedalaman yang tak tertandingi oleh manusia. Pemegang rekor untuk ini adalah suatu jenis ikan paus yang mampu menyelam hingga kedalaman 9900 kaki (3000 meter) dalam sekali napas. Baik lumba-lumba maupun ikan paus diciptakan cocok untuk cara menyelam seperti ini. Ekor pipihnya membuatnya menyelam dan menuju permukaan jauh lebih mudah.
Segi lain dari rancangan untuk menyelam ini adalah pada paru-paru mereka: ketika mereka menyelam semakin dalam, berat air di atasnya, yakni tekanannya, akan meningkat. Tekanan udara di dalam paru-paru juga akan meningkat untuk mengimbangi tekanan di luar tubuhnya. Jika tekanan yang sama dikenakan pada paru-paru manusia, maka manusia dengan mudah akan binasa. Untuk mengatasi bahaya ini, terdapat suatu sistem pertahanan khusus yang terdapat pada tubuh lumba-lumba: bronkus dan alveolus (sel udara) di dalam paru-paru lumba-lumba dilindungi oleh rantai tulang rawan yang sangat tinggi daya tahannya.
Contoh lain mengenai kesempurnaan penciptaan tubuh lumba-lumba adalah sistem yang mencegah terjadinya kejang. Ketika sang penyelam naik ke permukaan terlalu cepat, mereka akan menghadapi bahaya tersebut. Sebab kejang ini adalah masuknya udara langsung ke dalam darah dan terbentuknya gelembung udara di dalam nadi. Gelembung udara ini dapat menyebabkan kematian karena mencegah peredaran darah. Ikan paus dan lumba-lumba ternyata justru tidak menghadapi bahaya seperti itu meskipun mereka juga bernapas dengan menggunakan paru-paru. Ini karena mereka menyelam dengan paru-paru yang tidak dipenuhi udara, melainkan kosong. Karena tidak terdapat udara di dalam paru-paru mereka, mereka tidak akan mengalami resiko terjadinya kejang.
Meskipun demikian, hal tersebut menimbulkan pertanyaan: jika mereka tidak memiliki udara dalam paru-parunya, mengapa mereka tidak mati lemas karena kekurangan oksigen?
Jawabannya pertanyaan ini terdapat pada protein “mioglobin” yang ditemukan pada jaringan otot mereka dalam jumlah besar. Protein mioglobin memiliki daya ikat oksigen yang tinggi, sehingga oksigen yang diperlukan oleh hewan ini tidak disimpan di dalam paru-paru melainkan langsung di dalam otot mereka. Lumba-lumba dan ikan paus dapat berenang tanpa bernapas selama waktu yang panjang, dan dapat menyelam sedalam yang mereka mau. Manusia juga memiliki protein mioglobin, namun hal itu tidak menghasilkan keadaan yang sama karena volumenya jauh lebih kecil. Penyesuaian biokimia yang khas pada lumba-lumba dan ikan paus tersebut, tentu merupakan bukti nyata tentang perencanaan yang sengaja. Allah telah menciptakan hewan menyusui di laut, seperti halnya hewan-hewan lainnya, dengan bentuk tubuh yang paling sesuai dengan keadaan tempat mereka tinggal.

KEAJAIBAN GEMA PADA KELELAWAR


Kelelawar merupakan makhluk yang sangat menarik. Yang paling hebat dari kemampuannya adalah kemampuannya yang luar biasa dalam penentuan arah.
Kemampuan mengindera tempat dengan gema pada kelelawar ditemukan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Mari kita simak lebih dekat percobaan-percobaan tersebut untuk mengungkap rancangan yang luar biasa pada makhluk ini.26
Pada percobaan yang pertama, seekor kelelawar ditempatkan di sebuah ruangan yang gelap gulita. Di satu sudut pada ruangan yang sama, seekor lalat ditempatkan sebagai mangsa untuk kelelawar ini. Mulai saat itu, segala hal yang terjadi di ruangan tersebut dipantau dengan kamera-kamera malam hari (night camera). Begitu lalat terbang, kelelawar, dari sudut lain pada ruangan ini, dengan cepat bergerak langsung ke tempat lalat berada dan menangkapnya. Melalui percobaan ini, disimpulkan bahwa kelelawar tersebut memiliki indera yang sangat tajam dalam hal kepekaan bahkan dalam kegelapan yang sempurna. Meskipun begitu, apakah kepekaan kelelawar ini dikarenakan oleh indera pendengaran? Atau itu karena ia memiliki penglihatan yang terang di malam hari?
Untuk menjawab pertanyaan ini, percobaan kedua dilakukan. Pada suatu sudut di ruang yang sama sekelompok ulat bulu diletakkan dan ditutupi di balik selembar koran. Begitu dilepaskan, kelelawar tidak membuang-buang waktu untuk mengangkat lembaran koran tersebut dan memakan ulat-ulat tadi. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan penentuan arah kelelawar tidak ada kaitannya dengan indera penglihatan.
Para ilmuwan melanjutkan percobaan mereka terhadap kelelawar: sebuah percobaan baru dilakukan di lorong yang panjang, yang pada satu sisinya ada seekor kelelawar dan di sisi lainnya sekelompok kupu-kupu. Di samping itu, serangkaian dinding-dinding penyekat dipasang tegak lurus terhadap dinding ruangan. Di tiap penyekat, ada satu lubang tunggal yang cukup besar bagi kelelawar untuk terbang melewatinya. Akan tetapi, lubang-lubang ini ditempatkan pada titik berbeda di setiap dinding penyekat. Dengan demikian, kelelawar harus terbang dengan jalur berliku melaluinya.
Para ilmuwan memulai pengamatannya segera begitu kelelawar dilepaskan ke dalam kegelapan ruangan di lorong tersebut. Ketika kelelawar sampai pada penyekat pertama, ia menentukan tempat lubangnya dengan mudah dan melewatinya dengan baik. Hal yang sama terpantau di seluruh dinding penyekat: kelelawar terlihat tidak hanya tahu di mana penyekat berada melainkan juga di mana tepatnya lubang berada. Setelah melalui lubang terakhir, sang kelelawar pun mengisi perutnya dengan tangkapannya.
Karena terpesona dengan apa yang mereka amati, para ilmuwan memutuskan untuk melakukan percobaan terakhir untuk memahami tingkat kepekaan penginderaan kelelawar. Tujuannya kali ini adalah untuk menentukan batas kemampuan penginderaan kelelawar lebih jelas. Sekali lagi, lorong panjang disiapkan dan kawat baja bergaris tengah 3/128 inci (0,6 mm) digantungkan dari atap hingga lantai lorong dan ditempatkan secara acak melaluinya. Semakin besar kekaguman para pengamat, karena sang kelelawar menyelesaikan perjalanannya tanpa terantuk pada satu hambatan pun. Daya terbangnya ini menunjukan bahwa kelelawar mampu menentukan rintangan dengan ketebalan setipis 3/128 inci (0,6 mm). Penelitian setelahnya mengungkapkan bahwa kemampuan penginderaan kelelawar yang luar biasa ini terkait dengan sistem penentuan tempat dengan gema, yang dimilikinya. Kelelawar memancarkan suara berfrekuensi tinggi untuk menentukan benda-benda di sekitarnya. Pantulan suara ini, yang tidak terdengar oleh manusia, memungkinkan kelelawar mendapatkan sebuah “peta” lingkungannya.27 Jadi, penginderaan kelelawar atas seekor lalat dimungkinkan dengan suara yang dipantulkan kembali pada kelelawar dari lalat tersebut. Kelelawar yang menentukan letak dengan gema ini mengingat setiap gelombang suara yang keluar dan membandingkan yang asli dengan gema yang kembali kepadanya. Waktu yang habis antara dikeluarkannya suara dengan diterimanya gema yang datang memberikan penentuan yang tepat mengenai jarak sasaran dari sang kelelawar. Sebagai contoh, pada percobaan ketika kelelawar menangkap ulat-ulat di lantai, kelelawar mengindera ulat dan bentuk ruangan dengan memancarkan suara bernada tinggi dan menentukan sinyal-sinyal yang terpantul. Lantai memantulkan suara tersebut, sehingga kelelawar dapat menentukan jaraknya terhadap lantai. Sebaliknya, ulat bulu berada sekitar 3/16 inci (0,5 cm) hingga 3/8 inci (1 cm) lebih dekat pada kelelawar dibandingkan dengan lantai. Di samping itu, hal ini menambah waktu dan nantinya mengubah frekuensi yang terpantau. Dengan cara inilah kelelawar mampu menentukan keberadaan ulat bulu di lantai. Ia memancarkan sekitar dua puluh ribu gelombang per detik dan mampu menelaah semua suara yang terpantul. Bahkan, ketika ia menjalankan tugasnya, kelelawar itu sendiri pun terbang. Pemikiran yang seksama atas semua kenyataan ini dengan jelas mengungkap rancangan yang hebat dalam penciptaan mereka.
Sifat lain yang menakjubkan dari sistem penentuan tempat dengan gema ini adalah kenyataan bahwa pendengaran kelelawar telah tercipta sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat mendengar suara lain selain dari yang dipancarkannya sendiri. Lebar frekuensi yang mampu didengar oleh makhluk ini sangat sempit, yang lazimnya menjadi hambatan besar untuk hewan ini karena Efek Doppler. Berdasarkan Efek Doppler, jika sumber bunyi dan penerima suara keduanya tak bergerak (jika dibandingkan dengan benda lain), maka penerima akan menentukan frekuensi yang sama dengan yang dipancarkan oleh sumber suara. Akan tetapi, jika salah satunya bergerak, frekuensi yang diterima akan berbeda dengan yang dipancarkan. Dalam hal ini, frekuensi suara yang dipantulkan dapat jatuh ke wilayah frekuensi yang tidak dapat didengar oleh kelelawar. Dengan demikian, kelelawar tentu akan menghadapi masalah karena tidak dapat mendengar gema suaranya dari lalat yang bergerak.
Akan tetapi, hal tersebut tidak pernah menjadi masalah bagi kelelawar karena ia menyesuaikan frekuensi suara yang dikirimkannya terhadap benda bergerak seolah sang kelelawar telah memahami Efek Doppler. Misalnya, kelelawar mengirimkan suara berfrekuensi tertinggi terhadap lalat yang bergerak menjauh sehingga pantulannya tidak hilang dalam wilayah tak terdengar dari rentang suara.
Jadi, bagaimana pengaturan ini terjadi?
Di dalam otak kelelawar, terdapat dua jenis neuron (sel saraf) yang mengendalikan sistem sonar, satu di antaranya mengindera suara ultrasonik (suara di atas jangkauan pendengaran kita) yang terpantul dan lainnya memerintahkan otot untuk menghasilkan jeritan untuk membuat gema penentuan tempat. Kedua neuron ini bekerja dalam suatu kesesuaian yang sempurna sehingga penyimpangan amat kecil pun dalam sinyal terpantul akan memperingatkan sinyal berikutnya dan menghasilkan frekuensi jeritan senada dengan frekuensi gema. Karenanya, nada suara ultrasonik kelelawar berubah menurut lingkungannya untuk efisiensi sebesar-besarnya.
Mustahil mengabaikan gelombang yang diperlukan sistem ini untuk menjelaskan teori evolusi karena kebetulan. Sistem sonar pada kelelawar terlalu rumit sifatnya sehingga tidak dapat dijelaskan oleh evolusi melalui mutasi acak. Keberadaan semua bagian sistem secara serentak penting artinya agar dapat dimanfaatkan. Kelelawar tidak hanya harus mengeluarkan suara bernada tinggi melainkan juga memproses sinyal terpantul dan bermanuver serta menyesuaikan jeritan sonarnya pada saat yang sama. Umumnya, semua ini tidak dapat diterangkan dengan kebetulan dan hanya bisa menjadi suatu pertanda pasti tentang betapa sempurnanya Allah menciptakan kelelawar.
Penelitian ilmiah lebih jauh mengungkap contoh-contoh baru keajaiban pada penciptaan kelelawar. Melalui setiap penemuan baru yang menakjubkan, dunia ilmu pengetahuan mencoba memahami bagaimana sistem ini bekerja. Sebagai contoh, penelitian baru terhadap kelelawar telah memberi temuan yang amat menarik dalam tahun-tahun belakangan.29 Beberapa Ilmuwan yang ingin menguji sekelompok kelelawar yang tinggal di suatu gua, memasang pemancar pada beberapa anggota kelompok. Kelelawar-kelelawar diamati ketika meninggalkan gua di malam hari dan makan di luar hingga fajar. Mereka menemukan bahwa beberapa kelelawar melakukan perjalanan sejauh 30-45 mil (50-70 kilometer) dari gua tersebut. Temuan yang paling mengherankan adalah mengenai kepulangannya, yang dimulai sesaat sebelum matahari terbit. Semua kelelawar terbang pulang dalam garis lurus ke gua masing-masing dari mana pun mereka berada. Bagaimana kelelawar dapat mengetahui di mana dan sejauh mana keberadaan mereka dari gua asal mereka?
Kita masih belum mempunyai pengetahuan yang terperinci tentang cara mereka menemukan jalan pulang. Ilmuwan tidak meyakini sistem pendengaran memiliki dampak besar atas perjalanan pulang. Mengingat kelelawar sepenuhnya buta cahaya, para ilmuwan berharap menemukan suatu sistem lain yang mengejutkan. Pendek kata, ilmu pengetahuan terus mencari keajaiban baru mengenai penciptaan kelelawar.

KEAHLIAN TUPAI TERBANG


Allah memperkenalkan diri-Nya melalui makhluk-makhluk yang memiliki keistimewaan khusus yang diciptakan-Nya. Hal-hal teperinci yang dipelajari manusia dari makhluk yang dikenalnya dengan baik meningkatkan kekaguman mereka. Selain itu, pengetahuan yang didapat tentang makhluk yang belum dikenal akan menyingkapkan tirai penghalang yang ada dalam pikirannya. Bahkan berpikir tentang sifat-sifat makhluk ini sering menjadi cara untuk melihat kesempurnaan ciptaan dalam makhluk tersebut dan menghargai kehebatan Allah yang tak terbatas.
Tupai terbang, juga, merupakan salah satu dari berjuta makhluk yang memiliki keistimewaan sehingga dapat mengubah cara berpikir yang datar pada seseorang. Tupai ini dapat dijumpai di Australia dan panjangnya 45 sampai 90 cm (1,5 sampai 3 kaki). Semua jenis tupai terbang, yang dapat terbang dari satu pohon ke pohon yang lainnya seperti pesawat terbang layang, tinggal di pohon. Agar dapat terbang seperti ini, makhluk ini menggunakan selaput untuk terbang yang terdapat di bawah lengannya.
Tupai berjuluk sugar-glider ini memiliki selaput untuk melayang yang terentang dari pergelangan tangannya sampai ke pergelangan kakinya. Selaput ini sempit dan memiliki rambut seperti jumbai yang panjang. Pada tupai terbang jenis lain, struktur mirip-parasut ini terdapat dalam bentuk selaput yang terbuat dari kulit berambut halus. Hewan ini terbang dari batang pohon dan, dengan efek permukaan layang mirip-sayap ini, dapat melintasi jarak 30 meter (98 kaki) sekali jalan. Tupai terbang yang lebih besar berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain seperti pesawat terbang layang. Menurut pengamatan, makhluk ini menempuh jarak 530 meter (1740 kaki) dalam hanya enam lompatan berturut-turut.34
Seperti yang telah terlihat pada contoh-contoh lain yang diberikan di buku ini, tupai terbang memiliki ciri yang khas. Saat seseorang merenungkan bagaimana terbentuknya ciri-ciri tanpa banding pada berjuta jenis makhluk di bumi, seseorang akan segera paham bahwa tidak satu pun dapat tercipta dari peristiwa yang tak disengaja dan bahwa setiap makhluk tidak mungkin memperoleh keistimewaan yang sempurna ini dengan sendirinya atau secara kebetulan. Allah menciptakan semua hewan, tumbuhan, dan manusia dengan sempurna. Ini adalah fakta nyata bagi orang-orang yang merenungkannya dengan sadar dan bijaksana.
Memahami fakta ini dan menjalani hidup sesuai dengannya adalah perilaku yang bermanfaat bagi seseorang sebab tugas manusia di dunia adalah untuk melihat kebesaran ciptaan Allah dan memuji, di atas ciptaan ini, kekuatan dan pengetahuan Allah yang tak terbatas.

Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. (QS. Thaahaa, 20: 98)